Imam
Syafii pernah ditanya oleh istrinya, "Suamiku, apakah engkau
mencintaiku?" Beliau menjawab, "Ya tentu saja, dirimu bagian dalam
hidupku." Mendengar itu istrinya bertanya, "Apakah engkau juga mencintai
Allah?
Bagaimana
mungkin dua cinta menyatu dalam hati seorang mukmin, Cinta kepada Allah
dan juga mencintaiku?" Beliau tersenyum dan mengatakan kepada istrinya
dengan pandangan mata yang lembut penuh kasih sayang. "Karena cintaku
kepada Allah, maka aku mencintai makhlukNya, memperlakukan dengan hormat
dan penuh kasih sayang istriku, anak-anakku dan sesama. Aku mencintaimu
karena cintaku kepada Allah.."
Sahabatku,
cintailah pasangan cinta kita karena cinta kita kepada Allah,
perlakukanlah dengan hormat pasangan kita, setia dan mencintai dengan
setulus hati. Kehidupan di dalam rumah tangga sangat dinamis,
kebahagiaan, kesedihan, kebencian, senyuman semua datang silih berganti.
Jika pasangan suami dan istri saling memahami terus ditumbuhsuburkan,
maka akan selalu ada tunas cinta yang bersemi. Jika tunas cinta terus
bersemi akan selalu bunga-bunga yang bermekaran, menebarkan semerbak
harum wangi dipagi hari menyambut kehidupan yang indah. Sahabatku, para
suami, bersabarlah menghadapi kekurangan istri, selalu ingatlah akan
pengorbanannya. Sahabatku, para Istri, bersabarlah dengan kekurangan
suami, ingatlah selalu kebaikannya. Bila datang masalah dan konflik
bukan saling menggugat kelemahan dan mengeluh pengorbanan yang telah
pernah kita lakukan namun saling mengakui dengan setulus hati, memahami,
memuji. Disinilah rahmat Allah turun melimpahkan kembali sehingga cinta
bersemi kembali, disela hempasan badai dan gelombang samudra kehidupan
yang datang siling berganti.
Seorang
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.
Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik kepada istrinya. (HR.
Bukhari).
from : Rhiie Chan blogspot :)