Tepat hari ini (9/11/2016) seluruh wilayah Amerika Serikat bahkan dunia di
gemparkan dengan berita kemenangan calon presiden Amerika Serikat yaitu Donald
Trump yang memperoleh suara sebanyak 58.914.866 suara. Bagaimana tidak geger
negara yang selalu berperan dalam perekonomian dunia dan merupakan
penyumbang dana terbesar untuk perang Palestina-Israel akhirnya memilki
pemimpin negara baru. Presiden yang akan menjabat di gedung putih selama 5
tahun kedepan ini mungkin sudah banyak tahu tentang "Kebencian nya
terhadap Islam". Yah, walaupun calon satu lagi juga sama sih namun secara
sembunyi-sembunyi.
Menurut mantan Imam Besar Masjid New York, AS, itu, ia pernah berjumpa
dengan Trump dan mendapati calon presiden AS dari Partai Republik itu telah
lama memelihara kecenderungan kebencian terhadap Islam.
Berikut postingan
lengkap Imam Shamsi Ali:
"Sekitar tiga tahun
lalu saya dikejutkan oleh sebuah wawancara Fox News bersama Donald Trump (DT),
raja properti Amerika Serikat. Dalam wawancara itu DT ditanya pendapatnya
tentang Islam dan komunitas Muslim Amerika.
Sungguh jawaban DT
sangat mengejutkan sekaligus menyakitkan. "Islam itu masalah. Dan
komunitas Muslim itu berbahaya", kata DT saat itu.
Mendengar itu saya cukup tersinggung. Keberadaam saya di Amerika dalam masa
hampir 20 tahun saya berusaha membuktikan bahwa Islam dan Muslim itu adalah
bagian integral dari Amerika. Saya berjuang menjadikan Islam sebagai agama
kontributor kebaikan bagi Amerika. Memperjuangkan dengan segala risikonya untuk
menjadikan Amerika dan Islam tidak berada di posisi berseberangan.
Sejak kedatangan saya ke negara ini dan menjadi penduduk tetap (permanent
resident) salah satu kegiatan prioritas utama saya adalah membangun komunikasi
dan kerja sama dengan semua pemeluk agama, termasuk komunitas Yahudi. Lalu di
mana letak masalahnya Islam dan bahayanya komunitas Muslim?
Kebetulan saya dekat dengan seseorang di kalangan Hollywood, raja hip hop
(hip hop mogul), Russel Simmons. Mantan suami Kimmora Lee ini adalah seorang
bisnisman yang juga aktivis. Ia juga sering kali tampil membela hak-hak
minoritas yang termarjinalkan, termasik warga hitam, Hispanic dan Muslim.
Saya meminta beliau untuk mencoba mengatur pertemuan dengan Donald Trump.
Ternyata dia juga mendengar wawancara itu dan gerah dengannya. Maka dengan
senang hati dia menghubungi kantor DT yang ternyata sangat senang akan ditemui
oleh seorang Imam.
Tibalah hari H-nya pertemuan itu. Selain Russel Simmons dan saya juga hadir
bersama seorang Rabbi Yahudi berpengaruh yang juga selalu membela Islam, Rabbi
Marc Scheneier.
Setiba di kantor DT, Trump Tower, di kawasan 5th Avenue, kami bertiga
disambut oleh DT di depan lift. Dengan ramah menyambut dua teman saya. Yapi
masih melongok ke depan mencari-cari sesuatu atau seseorang. Ketika ditanya
oleh Russel apa gerangan yang dicari, dijawabnya: "Where is the
Imam"?
Russell kemudian menunjuk ke bawah karena memang saya rendah. DT kemudian
baru menengok ke bawah dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan sambil tertawa
terpingkal-pingkal. Sekali lagi Russell bertanya kepadanya kenapa tertawa
terbahak-bahak? DT menjawab: "I had never dreamt that I will meet a
smiling Muslim" (saya tidak pernah bermimpi untuk ketemu dengan seorang
Muslim yang tersenyum).
Mendegar itu terus terang saya agak tersinggung. Sebab saya yakin saya
lebih sering tersenyum dibanding Donald Trump. Dan kemungkinan juga senyuman
saya lebih menarik dari senyuman seorang DT (hehehe).
Kami pun duduk di kantor DT. Sebuah kantor yang dipenuhi gambar wanita-wanita
cantik, koleksi miss universe, dan bahkan beberapa gambar wanita-wanita playboy
bersama DT. Saya kemudian memulai memberanikan diri berbicara dan menanyakan,
"Dari mana gerangan DT berkesimpulan jika orang-orang Islam itu tidak tahu
tersenyum"?
Sesaat semua terdiam mendengar pertanyaan saya itu. Tapi Donald Trump
kemudian dengan sedikit serius menjawab, "Itulah yang selalu saya saksikan
di televisi-televisi". Jawaban singkat DT ini kembali mengusik saya.
Saya sedikit mengubah posisi duduk dan mengatakan: "Mr. Trump, sungguh
sebelum saya datang ke kantor Anda dan bertemu Anda, saya ada kesimpulan
negatif tentang Anda. Sangkaan saya itu, Anda adalah orang yang angkuh.
Ternyata setelah ketemu Anda, menyambut kami dengan senyuman dan bercanda, saya
mendapati anda sebagai orang ramah."
"Seandainya saya
mengambil kesimpulan tentang orang besar seperti Anda dari televisi atau media,
alangkah naifnya. Sungguh naif juga jika mengambil kesimpulan tentang 1,6
miliar manusia, Muslim, hanya dari televisi atau media".
Setelah pernyataan saya itu DT hanya banyak diam dan mendengarkan. Tapi
sebenarnya yang paling bersemangat menyerang DT adalah Russell Simmons.
Nampaknya beliau sebagai Afro American gerah juga dengan sikap DT terhadap
komunitas berkulit nonputih.
Russell bertanya begini misalnya: "Donald, had you ever read about
Islam? Had you ever read the holy Quran, the Muslims holybook?". Donald
hanya mengangguk mendengar itu. Lalu disambut oleh Russell berikut, "Kalau
begitu kamu tidak punya hak sama sekali untuk berkomentar mengenai Islam".
Bahkan Russell sempat mengatakan: "Your attitude is absolutely
un-American".
Selama pertemuan yang memakan waktu sekitar sejam itu, memang terasa
intens walau diselingi candaan. Yang pasti dengan pertemuan itu kami dapat mengukur
kedalaman pemahaman DT tentang berbagai masalah, bahkan dalam hal ekonomi dan
bisnis.
Di akhir pertemuan itu teman saya, Rabbi Marc Schneier menawarkan
jika DT ingin berkunjung ke masjid. Dia hanya tersenyum dan menjawab,
"Next time!"
Sejak itu memang DT hampir tidak pernah lagi berbicara mengenai
Islam. Tapi pendukung fanatik DT adalah mereka yang saat ini sedang mengalami
euphoria untuk mengalahkan Barack Obama (presiden non-putih). Mereka rata-rata
anti-Islam secara khusus, dan imigran secara umum.
Oleh karenanya ketika seorang pejabat tinggi dari sebuah negara
Muslim terbesar dunia menemui DT di saat-saat suasana kampanye memanas sangat
disayangkan.
Bagi kami, terpilihnya seorang presiden terkait dekat dengan
kenyamanan hidup kami. Komunitas Muslim di Amerika cukup traumatis dengan
presiden yang memiliki persepsi salah, atau boleh jadi kebencian, terhadap
Islam dan pengikutnya. Cukuplah selama 8 tahun di bawah presiden G.W Bush
komunitas ini ditekan sedemikian rupa.
Apalagi DT memang sosok yang sangat kontroversial, khususnya terhadap isu
imigran gelap. Padahal diaku atau tidak Amerika memang sejarahnya adalah negara
imigran gelap, termasuk mereka yang datang dari Eropa. Tentu termasuk Donald
Trump sendiri. (www.mediaislami.com)
Seperti yang kita tahu kejadian hari ini seperti mengingatkan kita bahwa
akhir zaman semakin dekat, bahkan beberapa hari yang lalu di Indonesia sendiri
telah terjadi aksi 411 (AKSI DAMAI) aksi ini sendiri mengusut A-Hook yang telah
menistakan umat muslim dengan menggunakan surat Al-Maidah ayat 51. Bahkan di
akhir aksi umat muslim harus berhadapan dengan provokator yang telah merusak
aksi sehingga terjadi keributan di akhir aksi. Coba dipikirkan kembali
kejadian-kejadian yang telah menimpa umat muslim didunia menyadarkan bahwa
inilah salah satu fitnah akhir zaman.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul yang penuh kasih
sayang kepada umatnya, tidak hanya memberitahukan tentang fitnah ini saja, tapi
juga memberitahukan solusinya. Al-Qur’ân dan sunnah Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam merupakan solusi yang tidak bisa ditawar-tawar. Kalau tidak,
kesengsaraan mesti akan menimpa. Allâh Azza wa Jalla befirman :
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ
وَلَا يَشْقَى ﴿١٢٣﴾ٰ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً
ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا ﴿١٢٥﴾ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ
آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ
Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Berkatalah ia, “Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta,
padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat ?” Allâh berfirman,
“Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan
begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. [Thaha/20:123-126]
Kini, fitnah-fitnah itu sudah banyak sekali disekitar kita, siap menerkam
siapa saja yang lalai. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa waspada dan
menjaga diri.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil ni'mal maula wa ni'mannashir....