Sabtu, 26 Desember 2015

ketika aku jatuh cinta

Sebuah pagi manis di depan rumah berbisik hari ini, aku terngiang ketika membaca sebuah pertanyaan dari anonimus di ask.fm tentang cinta tapi aku sendiri tidak bisa menjawab nya karena aku pun gak tau harus jawab apa. Kalo dipikir-pikir sih udah lama juga tidak pernah senyum-senyum manis seperti baru ketemu gebetan hahaha mungkin beberapa tahun belakangan ini memang lagi gak kepikiran buat kesana atau mengarah cinta-cinta (tapi masih tetap stalking yang lama-__-)..
Pertanyaan ini sedikit membuat ku ingin flashback ke masalalu. Teringat pertama kali orang bilang aku mulai suka terhadap seseorang pertama kali, bisa dibilang jatuh cinta lah yaa hmmm..
Ketika aku mulai lebih jaga penampilan, sok manis haha centil lah ya, suka senyum-senyum sendiri, belajar pun tak fokus, yaa seperti kata orang-orang tanda-tanda lagi jatuh cinta (maaf ya lebay namanya baru puber haha)..
Masa itu aku baru saja duduk di kelas XII SMA. Dengan muka kecut aku lari terburu-buru menuju bimbel karena sudah telat beberapa menit. Eh pas sampe dihalaman bimbel aku mulai gagal fokus yang tadinya mau ngejar tentor eh malah mau ngejar abang itu hahaha..
Besok nya sih gak mau telat lagi lah ya kan harus cepat datang ambil posisi paling indah di meja diskusi yang matanya mengarah ke arah jam 3. Begitu selanjutnya sampai masa itu pun berlalu hingga sekarang..
Sebenarnya sih masa-masa SMA itu paling manis kalo diingat tapi mungkin tingkat kealayan dan lebay itu paling tinggi hingga buat ketawa sendiri kalo diingat..
Kalo sekarang sih uda biasa aja ya mungkin karena uda lama hijrah jadi untuk soal cinta-cinta gitu gak niat lagi mungkin mikir nya sih nikah aja hahaha (maaf ya baper) tapi enggak juga sih memang karena lagi fokus pada diri sendiri aja sih sekarang uda sibuk dengan dosen, penelitian dan pengen nya tamat sesuai target aja..

Mungkin suatu saat nanti "Ketika Aku Jatuh Cinta" nya dengan versi syar'i kali ya, ingin ketemu orang baru, taaruf kembali, sama-sama saling menjaga pandangan, sama-sama mendahulukan cinta kepada Allah swt diatas segala-galanya...
Pernah ada yang bilang "kasihan amat masih jomblo cak, mantan uda punya pacar aja, mau nungguin siapa cak nanti selak gak ada yang mau, mau taaruf langsung nikah cak nanti gak tau dia baik atau enggak, dan bla bla bla.." banyak banget yang bilang aneh-aneh, but show must go on girls jodoh itu cerminan diri kamu kok gak perlu pikir jauh-jauh cukup full cinta nya ke sang pemilik hati Allah swt..
gak perlu deh buat caper-caper ke orang nya langsung, gak perlu deh pengorbanan deketin gebetan dan gak perlu lah lakuin dosa yang lainnya, cukup Allah swt yang menjadi tempat kita berharap..
Karena seperti sebuah pepatah mengatakan "Never give up on anybody, miracles happen every day"

Padahal Islam sudah memberi jalan bahwa mengenali pasangan bisa dari empat hal: (1) kecantikan, (2) martabat (keturunan), (3) kekayaan atau (4) baik atau tidak agamanya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”. (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446). Mengenal calon pasangan sudah cukup lewat empat hal tersebut. Keempat hal tadi bisa diketahui dari keluarga dekat atau dari teman dekat si pasangan. Jadi, tidak mesti lewat lisan si pasangan secara langsung.
Coba lihat saja para sahabat Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, tidak pernah menempuh jalan pacaran ketika mencari pasangan. Sekali ta’aruf, merasa cocok, sudah langsung menuju pelaminan. Tidak seperti para pemuda saat ini yang menjalani pacaran hingga 10 tahun untuk bisa saling mengenal lebih dalam. Padahal para sahabat adalah sebaik-baik generasi sepeninggal Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang mesti dicontoh. Lihat saja apa yang terjadi ketika Fathimah dinikahi ‘Ali bin Abi Tholib atau Ruqoyyah yang dinikahi sahabat mulia ‘Utsman bin ‘Affan, mereka tidak melewati proses penjajakan pacaran. Imam Ahmad berkata dalam Ushulus Sunnah, “Hendaklah kita berpegang teguh dengan ajaran para sahabat -radhiyallahu ‘anhum- serta mengikuti ajaran mereka.”

sekarang uda tau kan kenapa sampai sekarang gak pernah mikir-mikir cinta lagi ?
aku ngebloging tentang ini cuma ingin mengingatkan kembali ya karena aku mencintai kalian semua karena Allah swt..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe